Dik, biasanya kita duduk berdua di beranda ini
Mencicipi lukisan fajar dari cangkir kopi sambil menenung cerita-cerita indah dengan tinta cahaya.
Bola mataku berulang kali jatuh ke atas kursi mahony kesayanganmu itu
Dan kau ternyata sudah lama tidak disana
"Ia sudah pergi, kawan." bisik laba-laba sambil memainkan harpanya diatas sebait debu
Sepahit itukah kopi buatanku
Hingga menjadi alasanmu untuk pergi?
Sekarang akulah yang meneguk kopi pahit itu sendiri, hampir di setiap detik yang ku temui
Dik, bukankah seharusnya kita akan selalu duduk berdua di beranda ini?
Tapi mengapa waktu hanya menyisakan aku, kenangan, dan mimpi usang kita?
Kenyataan pun mengutukmu menjadi kata
Aku kesepian sayang
Aku belum terbiasa bercengkrama dengan cangkir kopi dan vas bunga yang retak
Mereka tidak bisa tersenyum sepertimu
Sialnya kini wujudmu juga hanya sebatas kata
Yang selalu diucapkan kenangan
Sepahit itukah kopi buatanku
Hingga menjadi alasanmu untuk pergi?
Sekarang akulah yang meneguk kopi pahit itu sendiri, hampir di setiap detik yang ku temui
Dik, bukankah seharusnya kita akan selalu duduk berdua di beranda ini?
Tapi mengapa waktu hanya menyisakan aku, kenangan, dan mimpi usang kita?
Kenyataan pun mengutukmu menjadi kata
Aku kesepian sayang
Aku belum terbiasa bercengkrama dengan cangkir kopi dan vas bunga yang retak
Mereka tidak bisa tersenyum sepertimu
Sialnya kini wujudmu juga hanya sebatas kata
Yang selalu diucapkan kenangan
Zazuli's
Sept 09, 2010
2 comments:
wew, poetrying also?
keren :D
Yup, i love everything about art...
Puisi, musik, menggambar, saya sukaaa.. :D
Post a Comment